MTEN IPGM-KPI

Gagasan Majlis Tarbiyah Nuqaba (MTEN) Diwujudkan Sekitar Tahun 2005-2006 Bagi Memastikan Kelangsungan Biah Islamiyyah Di Bumi IPGM-KPI ini terus berkemudi.

Dapatkan Update Terkini

Daftar Untuk Update Terkini

Sunday, May 2, 2010

Kerja Dakwah Bukan Untuk Si Manja..


Dalam perjalanan ke Najed, Abu Musa AI Asy'ari RA meriwayatkan, "Dalam perjalanan itu kami keluar bersama Rasulullah SAW Waktu itu kami enam orang bergantian menunggang satu unta. Seorang naik unta secara bergantian. Sambil menunggu giliran kami harus menempuh perjalanan yang panjang, sehingga telapak kaki kami pecah-pecah dan kuku-kukunya pun tercabut. Waktu itu kami balut kaki kami dengan percaan kain sehingga aku menyebut peperangan itu perang DzaturRiqaa' 'Percaan Kain'."

Dalam riwayat Ibnu Ishaq dan Ahmad dari Jabir bin Abdullah RA ia menceritakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah SAW pada perang Dzatur Riqaa'. Pada kesempatan itu tertawanlah seorang wanita musyrikin. Setelah Rasulullah SAW berangkat pulang, suami wanita itu yang sebelumnya tidak ada di rumah baru saja pulang. Kemudian lelaki itu bersumpah tidak akan berhenti mencari sebelum dapat mengalirkan darah para sahabat Muhammad SAW. Lalu lelaki itu keluar mengikuti jejak perjalanan Rasulullah SAW.

Pada sebuah lorong di suatu lembah Rasulullah SAW bersama para sahabat berhenti. Kemudian beliau bersabda, "Siapakah di antara kalian yang bersedia menjaga kita malam ini?" Jabir berkata, "Maka majulah seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar lalu keduanya menjawab, 'Kami siap untuk berjaga ya Rasulullah'. Nabi Muhammad SAW berpesan Jagalah kami di mulut lorong i Jabir menceritakan waktu itu, Rasulullah S bersama para sahabat berhenti di lorong suatu lembah. "Ketika kedua orang sahabat itu ke mulut lorong, sahabat Anshar berkata kepada sahabat Muhajirun, `Pukul berapa engkau inginkan aku berjaga, apakah permulaan malam ataukah akhirnya?' Sahabat Muhajirun menjawab;”Jagalah kami di awal malam. Kemudian sahabat Muhajirun itu berbaring tidur.

Sedangkan sahabat Anshar melakukan solat malam. Jabir berkata, datanglah lelaki musyrik itu dan ketika mengenali sahabat Anshar dia memahami bahwa sahabat itu sedang melakukan hirasah. Kemudian orang itu memanah sahabat Ansar itu dan tepat mengenai dirinya sebanyak tiga kali, lalu dicabutnya pula anak panah itu kemudian beliau rukuk dan sujud. Setelah itu dia membangunkan sahabat Muhajirun seraya berkata, 'Bangunlah kerana aku telah dilukai.' Jabir berkata, "Kemudian sahabat Muhajirun itu melompat mencari orang yang melukai sahabat Anshar itu.

Ketika orang musyrikin itu melihat keduanya ia sedar bahwa dirinya telah diketahui maka ia pun melarikan diri. Ketika sahabat Muhajirin mengetahui darah yang berlumuran di dada sahabat Anshar, ia berkata, 'Subhanallah kenapa engkau tidak membangunkan aku dari tadi?' Sahabat Anshar.menjawab, Aku sedang membaca surah dan aku tidak ingin memutusnya. Namun, setelah orang itu berkali-kali memanahku barulah aku rukuk dan memberitahukanmu. Demi Allah SWT kalau bukan karena takut mengabaikan tugas penjagaan yang diperintahkan Rasulullah SAW kepadaku niscaya nafasku akan berhenti sebelum aku membatalkan shalat."'

Kesetiaan Memenuhi Seruan Da'wah, Indikasi Sikap Kesungguhan Da'ie


Perjalanan da'wah bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi oleh kegemerlapan dan kesenangan melainkan ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tentangan dan rintangan berat. Telah banyak kita dapati sejarah orang-¬orang terdahulu yang merasakan perjalanan da'wah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus meninggalkan kaum kerabatnya ada pula yang diusir dari kampung halamannya. Dan deretan kisah perjuangan lainnya yang banyak tersebar bukti dari pengorbanannya dalam jalan da'wah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan mereka terhadap da'wah. Abu Musa Al-As’ari dan para sahabat lainnya – Semoga Allah subhanahu wa ta’ala meredhai mereka yang telah merasakannya sehingga kaki-kaki mereka terkoyak kulitnya dan sebahagian kuku kaki mereka tanggal.

Namun, mereka mengharungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikitpun bahkan mereka malu untuk menceritakannya kerana keikhlasan mereka dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanannya dan menjadi tinta emas sejarah umat da’wah ini. Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan da'wah ini menjadi suri teladan bagi generasi sesudahnya. Dengan izin Allah, atas darah dan air mata mereka, maka da'wah ini tumbuh bersemi dan generasi berikutnya menuai hasilnya dengan gemilang. Wilayah Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Populasi umat Islam semakin membesar. Semua itu merupakan kurnia yang diberikan Allah SWT melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu da'wah ini. Semoga Allah meridhai mereka dan mereka pun ridha kepada¬Nya.. Mereka telah mengalami langsung (directly) apa yang difirmankan Allah SWT dalam AI Qur'an surat At Taubah ayat 42, berikut: "Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: ';Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama¬samamu" Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benarorang-orang yang berdusta". Mereka juga telah melihat manusia-manusia yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat tabah meniti perjalanan da'wah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kejayaan.

Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotik untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran, demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan. Sebaliknya orang-orang yang lemah jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan pelbagai alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut serta. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu persatu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan.

Penyakit wahn telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai risiko dan sunnah da’wah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan da’wah tidaklah harus mengalami kesulitan. "Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." (At Taubah [9]: 45 - 46)

Kesetiaan merupakan indikasi sikap kesungguhan da'ie da'wah. Sikap ini membuat mereka sentiasa siap-siaga menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya ia senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang, ia akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.

Sebagaimana kisah akh yang tempatnya bekerja sudah+berada di kota untuk memberikan ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk mengisi daurah dari waktu ke waktu secara marathon, berpindah-pindah dari satu kota ke kota untuk menunaikan amanah da’wah. Sesi menunaikan tugas dengan sebaik-baikn merupakan orang yang pertama kali datan tempatnya bekerja malah ia yang membuk pintu gerbangnya. Pernah ia mengalami keletihan hingga tertidur di sofa rumah Zainab Al Ghazali. Melihat kondisi tubuhnya yang kepenatan itu, tuan rumah membiarkan tamunya tertidur sampai bangun. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali, Abdul Fattah Abu Ismail minta izin untuk ke kota lainnya. Melihatkan keletihan yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan tambang untuk naik teksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil mengatakan "Da'wah ini tidak akan dipikul oleh orang-orang yang manja". Zainab pun menjawab, "Saya sering ke mana-mana dengan teksi dan mobil-mobil mewah tapi tetap dapat memikul da'wah ini dan saya tidak menjadi orang yang manja terhadap da'wah ini, kerana itu gunlah duit tambang ini, tubuh letih dan engkau memerlukan istirahat sejer la pun menjawab, "Berbahagialah ibu, ibu 1 berhasil menghadapi ujian Allah SWT be ken ikmatan-kenikmatan itu. Namun, : khawatir saya tidak dapat menghadap sebagaimana sikap ibu, terima kasih kebaikan ibu, biarlah saya naik kendaraan umum saja."

Keyakinan Pada Janji-Janji Allah subhanahu wa ta’ala


Orang-orang yang telah membukt kesetiaannya pada da'wah lantaran keyakinan mereka terhadap janji-janji Allah subhanahu wa ta’ala telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan da’wah ini berupa pelbagai anugerah-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an: "Hai orang-orang yang beriman, JIM kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar". (Al Anfal [8]: 29)

Dengan janji Allah SWT tersebut orang¬orang beriman tetap bertahan mengarungi jalan da'wah ini. Dan mereka pun tahu bahwa perjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Allah SWT kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam diri mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya dan mereka pun tidak akan pernah mau mengubah janji kepada-Nya.

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya)." (Al Ahzab (33]: 23) Seorang pejuang Palestina yang telah berlama-lama meninggalkan kampung halaman dan keluarganya untuk membuat mencari dukungan dunia dan dana pernah diwawancarai. 'Apa yang membuat Anda dapat berlama-lama meninggalkan keluarga dan kampung halaman." Jawabnya adalah karena perjuangan, dan dengan perjuangan itu kemuliaan hidup mereka lebih berarti serta untuk masa depan bangsa dan tanah airnya. "Kalau bukan karena da'wah dan perjuangan kami pun mungkin tidak akan dapat bertahan," lirihnya.

Kesabaran Modal Kesetiaan


Da'ie da'wah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinya yang membuat mereka kuat menghadapi pelbagai rintangan da’wah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang yang terdahulu dalam perjalanan da’wah ini belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk da’wah. Pengorbanan sebahagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan yang kecil-kecil lainnya yang telah kita lakukan.

Cuba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahutu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencang hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya. Kesabaran sebagai kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah SWT

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (Ali Imran [3]: 146)

Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan da'wah ini. Muncullah pertanyaan besaryang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai da'wah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah da'wah ini? Ingat, da'wah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Kesungguhan da'ie merupakan kenderaan yang akan menghantarkan kepada kejayaan da'wah ini.

Wallahu 'alam

artkel asal: abu islah /www.paksi.net

0 comments:

Post a Comment

Liqa' Nuqaba..

Liqa' Nuqaba..

Liqa Nuqaba'

Liqa Nuqaba'

Daurah Kitab Siri 2

Daurah Kitab Siri 2

Daurah Kitab Siri 3

Daurah Kitab Siri 3

Daurah Kitab

Daurah Kitab